bdadinfo.com

Sagu Lebih Unggul Sebagai Cadangan Pangan Dibandingkan Beras, Juga Murah dan Mudah Dikembangkan - News

Sagu lebih unggul sebagai cadangan pangan nasional.  Foto: Harian Riau

- Sagu lebih unggul sebagai cadangan pangan nasional. Sagu juga sangat memungkinkan sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras.

Pakar sagu Prof Hasjim Bintoro mengatakan sagu yang termasuk pepohonan lebih mudah dan lebi murah dikembangkan Indonesia.

Sagu juga merupakan tanaman endemik Indonesia. "85% Kawasan sagu di seluruh dunia ada di Indonesia," kata Bintoro pada Webminar Hilirisasi Sagu dan Alternatif Pengganti Beras yang diselengarakan oleh Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas), beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Analisis Teks 'Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Indonesia', Tema 7 Kelas 4 Halaman 133 Subtema 3

Selain Bintoro, webminar menghadirkan ketua Repnas Anggawira, dan dimoderatori Muhammad Sirod, yang juga Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran.

Bintoro mengatakan, satu pohon sagu bisa menghasilkan pati kering yang berupa parutan sagu hingga 700 kilo gram.

"Ini setara 20-24 ton pati kering per hektare per tahun dapat dihasilkan dengan teknik budidaya yang biasa-biasa saja," katanya.

Baca Juga: FC Barcelona Melaju ke Perempat Final Liga Champions Usai Kalahkan Napoli, Xavi: Hasil yang Pantas

Pengolahan sagu juga bisa dilakukan dengan teknik yang sangat sederhana. "Mustinya mesin-mesin sederhana ini lebih mudah dikembangkan dan dikelola di daerah-daerah," kata Bintoro.

Anggawira yang juga Sekjen Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) akan mengawal kebijakan pangan nasional dengan mengingatkan pemerintah mengembangkan sagu.
"Ketersediaan sagu lebih luas daripada beras, kandungan gizinya juga lengkap mengandung serat, mineral, kalsium selain tentunya karbohidrat," katanya.

Muhammad Sirod yang menyempatkan diri menjadi moderator di tengah kunjungannya ke Purwakarta menyebutkan dalam diskusi mengapa sagu kalah populer dibanding beras untuk dikonsumsi masyarakat.

Baca Juga: Berani Rogoh Dana Rp15,53 T! Ternyata Jembatan Baru dan Terpanjang Ini Bakal Jadi Penghubung Lintas Provinsi Tak Jauh dari Samarinda

"Ada politik beras saat Orde Baru berkuasa dulu, Pak Harto ingin agar capaian swasembada cepat diraih karena itu ia buat beras sebagai satu-satunya makanan pokok demi kemudahan pengelolaan,"kata Sirod.

"Ini strategi agribisnis, di satu sisi memang kita dapat swasembada tapi eksesnya merusak kearifan lokal dan merusak lahan karena penggunaan pupuk buatan berlebihan."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat