- Indonesia sedang menyiapkan langkah besar dalam sektor energi dengan menargetkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama beroperasi pada 2032.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya Dewan Energi Nasional (DEN) untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Baca Juga: Fantastis! Setoran BRI ke Kas Negara Tembus Rp192,06 Triliun
Anggota DEN, Agus Puji Prasetyono, menyatakan bahwa PLTN pertama Indonesia akan memiliki kapasitas sekitar 250 megawatt (MW).
Pernyataan ini disampaikan Agus saat menerima audiensi dari EXCEL Services Corporation, sebuah perusahaan konsultan energi nuklir berbasis di Amerika Serikat (AS), Kamis 13 Juni 2024.
"Selanjutnya, PLTN akan dibangun secara bertahap bersamaan dengan penghentian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)," kata Agus.
Proyeksi kapasitas PLTN di Indonesia diperkirakan akan mencapai antara 45 hingga 54 gigawatt (GW), sejalan dengan transisi energi yang diharapkan dapat mencapai puncak emisi antara tahun 2030 hingga 2040.
Selain berfungsi sebagai pembangkit listrik, PLTN di Indonesia juga direncanakan untuk memproduksi hidrogen pada tahun 2060, sebuah langkah strategis untuk mendukung diversifikasi sumber energi dan mencapai netralitas karbon atau net zero emissions (NZE).
Presiden dan CEO EXCEL Services Corporation, Donald R Hoffman, menekankan pentingnya kajian akademis dalam pengembangan PLTN.
Ia menyoroti bahwa isu keamanan merupakan faktor kritis yang memerlukan perhitungan akademis matang.
"Selain teknologi, aspek sosial, geopolitik, dan ekonomi, pencarian lokasi yang aman jauh dari risiko bencana alam serta pendekatan ke masyarakat juga sangat penting," ujar Hoffman.
Rencana operasional PLTN di Indonesia diatur dalam draf revisi Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN).