bdadinfo.com

Kasus Mahasiswa UI Bunuh Junior, Pengamat Sosial Ini Colek Menteri Nadiem, Ada Apa? - News

Pengamat Sosial dari UI, Devi Rahmawati soroti kasus pembunuhan mahasiswa UI  (pilar.id/HarianHaluan.com)

- Baru-baru ini publik digegerkan dengan kasus pembunuhan sadis yang dilakukan mahasiswa UI terhadap salah satu juniornya di kampus.

Menanggapi hal itu, pengamat sosial dari Univeritas Indonesia (UI), Devie Rahmawati ikut angkat bicara.

Menurut dia, kejadian yang menimpa mahasiswa UI terkait kasus pinjaman online atau pinjol, kembali mengingatkan publik bahwa pentingnya pendidikan (literasi) tentang pengelolaan keuangan.

Baca Juga: Kumpulan Foto Aduhay Wahyuni Andira, Si Putri Indonesia Asal Sumatera Barat: Ini Profilnya

"Masih di tahun ini, ada kasus mutilasi yang motifnya juga karena pinjol. Sederet kasus seperti bunuh diri oleh ibu dan anak ataupun bunuh diri tunggal yang di latar belakangi oleh kasus hutang terus menghiasi pemberitaan media media kita," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima awak media pada Sabtu, 5 Agustus 2023.

Kasus pinjol, ujar Devi, juga menjadi salah satu sumber pemicu perceraian.

"Atau bahkan sumber konflik dan perpisahan dalam keluarga akibat urusan keuangan," tuturnya.

Baca Juga: Habisi Junior Kampus, Altaf Mahasiswa UI Terinspirasi Kartel Narkoba di Film Narcos: Ini Kisahnya!

Maka, lanjut Devi, tidak heran di banyak negara maju, seperti Amerika serikat, Inggris, dan Jepang misalnya, anak-anak mereka semenjak usia 3 tahun sudah diperkenalkan dengan konsep keuangan.

"Dari mulai darimana sumber sumber uang, bagaimana cara mengelola uang. Di AS, anak usia 6 tahun sudah di dorong belajar 'menghasilkan uang' setelah pulang sekolah untuk mendapatkan uang tambahan."

Devi juga mengatakan, bahwa pengetahuan tentang keuangan bukan hanya sekedar menabung atau yang sekarang lagi trend investasi misalnya.

Baca Juga: Intip Pesona Pulau Mandeh, Raja Ampatnya Sumatera Barat yang Cuma 1 Jam dari Kota Padang

"Tetapi lebih luas dari itu, ialah bagaimana anak anak kita tumbuh dengan nilai nilai kerja keras, mampu mengelola 'syahwat keinginan' yang tanpa batas," katanya.

"Lalu, memahami skala prioritas terhadap kebutuhan hidup hingga mampu berpikir logis dan terbiasa melakukan riset tentang investasi atau berhutang seperti apa yang tidak akan mengganggu kualitas hidupnya," sambung dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat