- Dalam perjalanan sejarah yang membawa kita jauh ke masa lalu, Prasasti Pagaruyung V muncul sebagai salah satu peninggalan yang memikat.
Prasasti ini, berbentuk fragmen batu andesit dengan dimensi tinggi 27 cm, lebar 46 cm, dan tebal 19,5 cm, mengusung bahasa Jawa Kuno dalam 5 baris tulisan yang terpahat dengan cermat.
Namun, keberadaannya tak luput dari misteri yang menyelimuti, bagian atas dan bawahnya nampak rusak akibat patahan zaman.
Begitu pula pada barisan paling atas dan akhir, menyiratkan bahwa bagian-bagian penting telah hilang, menjadikan interpretasi menjadi tantangan tersendiri.
Prasasti Pagaruyung V memperlihatkan kehadiran seorang tokoh bernama Adityawarman.
Meski tahun pasti tak tertera, keberadaan nama Adityawarman mengarah pada kemungkinan prasasti ini diterbitkan pada masa pemerintahannya.
Baca Juga: Inilah 8 Bandara Internasional yang Dikabarkan Turun Kelas Jadi Domestik, Ada 3 di Sumatera
Namun, cahaya terang tak hanya muncul dari situ. Terdapat kata-kata yang merujuk pada "si Satra" yang tengah mengatur bunga gunung yang elok.
Apakah ini sekadar keindahan alam atau ada makna mendalam di baliknya?
Sangkalan bahwa "si Satra" tengah merawat taman dengan bunga dari pegunungan mengejutkan.
Taman indah yang tak hanya memanjakan mata, tetapi juga didesain untuk sang raja, Adityawarman.
Kemungkinan adanya tempat duduk untuk sang raja mengisyaratkan bahwa taman ini bukan semata tempat bermain, melainkan tempat bermakna yang melibatkan raja itu sendiri.