bdadinfo.com

Nah Loh! PDIP Sebut Dugaan Diskriminasi Siswa Kristen SMAN 2 Depok Bukan Keteledoran - News

Ketua Fraksi PDIP, Ikravany Hilman soal dugaan diskriminasi di SMAN 2 Depok (Foto: DepokToday.com)

News.COM – Elit Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP, menemukan beberapa fakta di balik viralnya dugaan diskriminasi sejumlah siswa beragama Kristen di SMAN 2 Depok. Kasus itu telah menyita perhatian publik dan pemerintah pusat.

Menurut anggota DPRD Depok, Ikravany Hilman, dari hasil pemeriksaan sementara, kasus ini terjadi karena kurangnya sensitivitas pihak sekolah.

Adapun kejadian itu, jelas Ikravany, bermula ketika para siswa dan guru pembimbing agama Kristen hendak melakukan ibadah doa pagi. Ritual itu biasanya mereka lakukan sebelum jam belajar mengajar di mulai.

Baca Juga: Sempat Alami Pendarahan Otak, Simak Kondisi Terkini Tukul Arwana

Seperti yang sudah-sudah, kegiatan ibadah pagi di SMAN 2 tersebut kerap dilakukan oleh para siswa nasrani di ruang serba guna lantai satu. Namun ternyata, pada hari itu ruangan tersebut berantakan, karena sedang dijadikan tempat penyimpanan seragam sekolah.

“Karena jumlahnya berkarung-karung, sehingga disarankan pakai ruangan yang ada di lantai dua. Namun ternyata terkunci. Nah karena waktunya sudah mendesak, maka kegiatan doa dilakukan seadanya, di selasar atau lorong ruang serba guna lantai dua,” jelasnya.

Fakta tersebut, kata Ikravany, didapat setelah pihaknya melakukan konfirmasi langsung terhadap siswa, kepala sekolah, dan guru pembimbing rohani Kristen.

Baca Juga: Videonya Kadung Viral, Ini Alasan Oknum Prajurit TNI Pukuli Satpam

Terkait hal itu, pihak SMAN 2 Depok kemudian berjanji, siap memberikan garansi, bahwa tidak ada diskriminasi atau sikap intoleransi pada agama manapun.

“Walaupun sekolah menggaransi tidak akan ada intoleransi atau diskriminasi di sekolah itu, saya menggunakan kesempatan ini untuk mengingatkan sekolah, bahwa tidak ada garansi,” ujarnya.

“Sebab diskriminasi dan intoleransi bisa terjadi kapanpun, oleh siapun dan dimana pun, baik sengaja maupun tidak sengaja,” sambungnya.

Maka yang penting, menurut Ikravany, bagi sekolah adalah memastikan mekanisme atau sistem untuk menjaga toleransi dan mencegah potensi intoleransi itu terjadi.

“Dan kalaupun ini terjadi, sekolah punya mekanisme untuk menyelesaikan itu secara cepat.”

Baca Juga: Rizky Billar dan Lesti Kejora Udah Mesra Lagi? Pengacara: Mereka Sudah Manja-manjaan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat