– Maraknya kasus pinjaman online (Pinjol) yang sedang tejadi di Tanah Air membuat banyak data masyarakat bocor.
Karena sering terjadi modus pinjol, ternyata banyak dana yang digunakan untuk mendanai kelompok teroris.
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi banyak terjadi modus pinjol, hal ini diungkapkan langsung oleh Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK).
Baca Juga: Ada Kabar Baik Bulan September 2023, Progres Tol Padang Sicincin 100 Persen Tuntas untuk Tahap Ini
Menurut Natsir Kongah dilansir dari Pmjnews bahwa proses pendanaan kelompok teroris dilakukan secara bertahap.
Bukan hanya itu dana pendanaan kelompok teroris masuk melalui sponsor pribadi dan bisnis yang sah.
"Kami menemukan sponsor pribadi, penyimpangan pengumpulan donasi melalui organisasi masyarakat, serta usaha bisnis yang sah," jelasnya.
Baca Juga: Demi Layani Semua Lapisan Masyarakat, BRI Terus Berupaya Terapkan Strategi Digitalisasi
Lalu modus apa saja yang dilakukan? Yakni meliputi penyediaan jasa keuangan, pembawaan uang tunai lintas batas, dan penggunaan metode pembayaran yang baru.
Hal tersebut berdasarkan pantauan PPATK, ia juga menambahkan bahwa kelompok teroris menggunakan dana untuk membeli senjata dan bahan peledak.
Setelah itu mereka melakukan pelatihan dan perakitan dalam penggunaan senjata serta bahan peledak.
Baca Juga: Stadion Utama Sumbar Jadi Proyek Mangkrak Jalan di Tempat? Update Progres 2023, Sudah Masuk Tahap…
Ada juga didapatkan dari dana sumbangan dan semakin mendorong intensifikasi pengawasan, pencegahan, dan pemberantasan terorisme.
"Pendanaan yang menggunakan atau menyalahgunakan korporasi atau badan hukum, obat-obatan terlarang, aset virtual, pinjaman online, dan aktivitas kelompok kriminal bersenjata di dalam negeri," lanjut Natsir.
Sehingga PPATK bertekad untuk terus menyelidiki serta membongkar aksi kejahatan dalam modus pinjol ini.