bdadinfo.com

Ngeri ! Ketegangan Meningkat, Joe Biden Kecam Serangan Drone Tewaskan Tentara Amerika di Yordania - News

Joe Biden (cdn.mos.cms.futurecdn.net)




- Presiden Joe Biden telah menegaskan komitmen untuk memberikan respons setelah tiga tentara Amerika Serikat tewas dalam serangan Pesawat tanpa awak (drone) terhadap pangkalan militer Amerika di Yordania.

Serangan tersebut disebutkan melibatkan milisi yang mendapat dukungan dari Iran.

Milisi ini mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut di Tower 22, sebuah pos militer di perbatasan Yordania-Suriah-Irak.

Serangan ini, yang juga menewaskan tentara AS pertama sejak dimulainya konflik Gaza, memicu eskalasi ketegangan di Timur Tengah.

Baca Juga: Rahasia Terungkap! Jembatan Tertua di Indonesia, Berdiri Sejak 1628 hingga Punya Gaya Arsitektur Eropa

Pada hari Minggu, Presiden Biden secara tegas menyalahkan kelompok milisi radikal yang beroperasi di Irak dan didukung oleh Iran.

"Momen ini, membuat Amerika merasa sangat bersedih. Kemarin malam, tiga personel militer AS meninggal – dan banyak lainnya mengalami luka – akibat serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan kami yang ditempatkan di wilayah timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah." Kata Joe Biden dikutip dari The Guardian.

Ia bersumpah untuk membalas dendam atas serangan tersebut, yang juga melukai 34 tentara AS.

Meskipun AS yakin bahwa Iran bertanggung jawab, Iran membantah keterlibatannya dan menegaskan bahwa tidak ada hubungan dengan serangan terhadap pangkalan AS di Yordania.

Serangan ini menjadi sorotan karena empat serangan pesawat tak berawak terpisah dilakukan terhadap tiga pangkalan AS, dan penyelidikan sedang dilakukan terkait kegagalan mekanisme pertahanan pangkalan T-22.

Para pejabat AS juga sedang menyelidiki kemungkinan kesalahan identifikasi yang menyebabkan pesawat tak berawak musuh dianggap sebagai pesawat tak berawak Amerika.

Serangan ini menandai pertama kalinya personel militer AS tewas di Timur Tengah akibat tembakan musuh sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada Oktober tahun lalu.

Baca Juga: Bawaslu Agam Gelar Rakor Penanganan Pelanggaran Logistik Pemilu 2024

Sementara AS telah menghadapi serangan pesawat tak berawak dan rudal hampir setiap hari di Irak dan Suriah sejak serangan oleh Hamas terhadap Israel, insiden ini mendekatkan AS pada konflik langsung dengan Iran.

Presiden Biden, dalam upaya untuk menjaga stabilitas di kawasan tersebut, mengumumkan bahwa AS akan meminta pertanggungjawaban dari semua pihak yang bertanggung jawab atas serangan tersebut pada waktu yang ditentukan oleh AS.

Pernyataan ini diikuti dengan desakan solidaritas dari sejumlah pemimpin dunia, termasuk menteri luar negeri Inggris, David Cameron, yang mengutuk keras serangan tersebut.

Sementara itu, pernyataan ancaman dari kelompok Islamic Resistance yang didukung oleh Iran menunjukkan bahwa eskalasi konflik dapat terjadi jika AS terus mendukung Israel.

"Sebagaimana telah kami utarakan sebelumnya, apabila Amerika terus memberikan dukungan kepada Israel, akan mengakibatkan peningkatan tensi peperangan. Semua kepentingan Amerika di wilayah ini menjadi sasaran yang sah. Kami yakin dengan jalan yang kami tempuh, dan kami menganggap kematian sebagai penghargaan." Kata perwakilan Islamic Resistance.

Charles Lister, seorang peneliti senior di Institut Timur Tengah, menekankan perlunya respons tegas terhadap serangan ini.

Dalam konteks diplomasi, pembicaraan antara AS dan Qatar terkait pembebasan sandera Israel-Hamas masih berlangsung.

Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al Thani, berharap bahwa pembalasan AS tidak akan merusak kemajuan menuju kesepakatan pembebasan sandera yang baru.

Sementara AS berusaha memastikan bahwa responnya sesuai dengan serangan tersebut, kondisi di Timur Tengah tetap tegang.

Sinyal dari pemimpin Republik dan Demokrat AS menunjukkan keinginan untuk menanggapi serangan tersebut secara tegas dan memaksa Iran untuk mengubah perilakunya di wilayah tersebut. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat