bdadinfo.com

'All Eyes on Papua' Ramai di Media Sosial X, Perwakilan Suku Awyu dan Moi Lakukan Aksi Protes di Depan Kantor MA - News

Perwakilan Suku Awyu Protes ke MA (Instagram skpkcfransiskanpapua)

- Sebelumnya, tagar "All Eyes on Rafah" ramai dibagikan di media sosial khususnya Instagram story pada akhir bulan Mei lalu.

Tagar tersebut dibagikan oleh sekitar lebih dari 50 juta pengguna Instagram melalui Instagram story dengan tujuan untuk mencari perhatian masyarakat dunia terhadap pembantaian yang terjadi di kota Rafah.

Kali ini, di Indonesia sedang ramai tersebarnya tagar "All Eyes on Papua" yang menjadi trending topic di platform X dan sudah menjadi perbincangan hingga lebih dari 36 ribu kali per tanggal 5 Juni 2024.

Baca Juga: Pelembang Lautan Asmara! Pj Wali Kota Prabumulih Berang! Anak Buahnya Terlibat Skandal Perselingkuhan Berjemaah Malah 1 Pejabat Eselon II Ikut-ikutan

Tagar tersebut merupakan salah satu cara untuk mendapatkan perhatian masyarakat Indonesia tentang isu pembebasan lahan hutan di Papua yang akan menjadi perkebunan sawit, tepatnya di Kabupaten Boven Digoel.

Keluarnya tagar tersebut bermula ketika hutan di Boven Digoel Papua seluas setengah dari luas Jakarta atau sekitar 36.000 hektar akan dibabat untuk pembukaan lahan perkebunan sawit oleh sebuah perusahaan bernama PT. Indo Asiana Lestari (IAL).

Hal ini mengundang keresahan bagi masyarakat Papua khususnya yang berada di wilayah hutan tersebut, yaitu suku Awyu dan Moi.

Salah satu pejuang lingkungan hidup dari suku Awyu, Hendrikus Woro beserta temannya mendatangi kantor Mahkamah Agung di Jakarta untuk menuntut hak atas hutan di wilayah mereka pada Senin (27/5).

Baca Juga: Tak Hanya Riau yang Diuntungkan dari Peresmian Tol Bangkinang-Koto Kampar, Warga Sumbar Juga Ikut Bersorak-sorak: Sumatera Barat Memangnya Dapat Apa? 

“Kami datang menempuh jarak yang jauh, rumit, dan mahal dari Tanah Papua ke Ibu Kota Jakarta, untuk meminta Mahkamah Agung memulihkan hak-hak kami yang dirampas dengan membatalkan izin perusahaan sawit yang kini tengah kami lawan ini,” kata Hendrikus Woro dikutip dari Kumparan.

Sebelumnya, hutan di Suku Awyu tersebut juga pernah dikonversi menjadi perkebunan sawit dan tersebar di Indonesia melalui Proyek Tanah Merah. Bahkan, PT. IAL telah mengantongi izin lingkungan yang sebagian berada di hutan adat Marga Moro dan bagian dari suku Awyu.

Suku Awyu merupakan kelompok etnis yang mendiami daerah aliran sungai Digul di pesisir Papua Selatan. Daerah tersebut masuk dalam wilayah Kabupaten Mappi.

Dari aksi protes tersebut, para perwakilan suku menggugat Pemerintah Provinsi Papua karena telah mengeluarkan izin kelayakan lingkungan hidup untuk PT.IAL.

Mereka mendesak dikembalikan dan diselamatkannya hutan dari pembukaan lahan perkebunan sawit. Kampanye tagar ini menjadi bentuk protes terhadap masyarakat adat Papua oleh perusahaan-perusahaan besar yang mengalihkan hutan adat menjadi perkebunan sawit.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat