bdadinfo.com

Kisah Sarima Hingga Dasimah, Sang ‘Nyai’ Pribumi yang Jadi Gundik Para Petinggi Belanda - News

Kisah Sarima Hingga Dasimah, Sang ‘Nyai’ Pribumi yang Jadi Gundik Para Petinggi Belanda (youtube indonesia insider)

- Dalam konteks historiografi kolonial istilah Nyai cenderung negatif. Nyai dalam sejarah kolonial itu adalah perempuan-perempuan simpanan atau peliharaan para menir Belanda atau dalam singkatnya adalah gundik atau pelacur.

Nama-nama terkenal para gundik ini mulai dari Nyai Sarima, Saritem, hingga Dasimah.

Sejarah para Nyai simpanan menir Belanda ini bermula dari peraturan pemerintah kolonial saat masa-masa pertama mereka menginjakkan kaki ke nusantara pada tahun 1630.

Pemerintah kolonial Belanda melarang perempuan-perempuan Belanda untuk datang ke nusantara, yang diperbolehkan ikut hanya istri-istri petinggi VOC saja.

Pada waktu itu akibatnya Batavia yang saat itu penuh sesak dengan pria-pria Belanda dan Eropa kesepian, tentu saja tiba-tiba banyak rumah bordil bermunculan di Batavia sejak abad ke-17.

Para lelaki Eropa itu tentu butuh menyalurkan hasrat ke rumah-rumah pemuas nafsu birahi.

Di Mangga Besar, tempat pelacuran disebut Marco karena para PSK nya didatangkan dari Macau

Berjalannya waktu para menir Belanda ini kemudian lebih memilih gundik dari kalangan para pribumi untuk dipelihara daripada memakai PSK.

Para gundik ini tak hanya melayani kebutuhan seksual para Meneer, tapi mereka juga mengurusi urusan rumah tangga serta mengawasi para pembantu rumah tangga dalam bekerja setara istri tapi tidak resmi.

Mereka memang dijadikan simpanan untuk menemani kesepian para pria-pria Belanda tapi tak sedikit pula para Nyai mendapatkan cinta dan kasih sayang layaknya suami istri yang sah.

Cerita pertama datang dari Nyai Sarima yang hidup sekitar tahun 1920-an, seorang buruh pemetik teh yang miskin di Garut.

Dia hanya bisa pasrah saat Tuan administrator menginginkan dirinya meski saat itu Sarima sendiri sudah memiliki suami.

Bahkan dalam beberapa kasus seorang Nyai juga bisa dialihkan kepada lelaki Eropa lain oleh majikannya, seperti yang dialami oleh Nyai Mary dari Purworejo dan Nyai Enci dari Cimahi.

Pengalihan itu biasanya terjadi karena tuannya sudah mulai bosan atau dipindah tugaskan ke tempat lain.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat