bdadinfo.com

Mengulas Pemicu Perang Kamang di Sumatera Barat, Pemberontakan Kebijakan Hindia Belanda yang Bebankan Rakyat - News

Perang Kamang (nagarikamang.wordpress.com)

- Perang Kamang adalah salah satu pertarungan bersejarah di Ranah Minang, Sumatera Barat antara pribumi dan Hindia Belanda.

Puncak Perang Kamang terjadi pada 15 Juni 1908 di Kampung Tangah, Kamang Hilir. Wilayah Sumatera Barat di kala itu masih menggunakan sistem Kelarasan.

Kelarasan Kamang meliputi empat kenagarian, yakni Kamang, Bukik (Pauh-Bansa), Suayan, dan Sungai Balantiak. Perang Kamang terjadi di Nagari Kamang yang kini menjadi objek sejarah di Sumatera Barat.

Baca Juga: Gempa Kuta Selatan Bali Diributkan Warganet, Ada yang Liat Bule Santuy Aja Hingga Kejadian Horor

Lantas, bagaimana perang ini bermula? Simak sejumlah fakta penjelasan sejarah Perang Kamang berikut ini.

1. Berawal dari kebijakan baru

Pada masa penjajahan Belanda, rakyat Indonesia dipaksa untuk bekerja dan menanam kopi untuk Hindia Belanda.

Baca Juga: BreakingNews: Kuta Selatan Bali Diguncang Gempa, BMKG: Kedalaman 15 Km

Namun, Gubernur Belanda di Batavia pada 1 Maret 1908 mengumumkan perubahan peraturan, yakni pungutan pajak yang disebut inkomstenbelasting untuk seluruh rakyat di Indonesia.

Mendengar pengumuman tersebut memicu gejolak di Ranah Minangkabau. Para rakyat menentang dengan tegas peraturan yang membebankan rakyat ini.

2. Kebijakan baru ditentang oleh Laras

Baca Juga: Benarkah karena Alasan Ekonomi? Inilah Beberapa Instansi DKI Jakarta yang Tidak Diperbolehkan WFH

Pemerintah Belanda menginstruksikan para Laras, orang berpengaruh di Minangkabau yang dipercaya oleh Belanda, untuk melaksanakan belasting tetapi gagal memperoleh pengaruh mereka.

Pada 16 Maret 1908, J. Westenenk selaku Tuan Luhak Agam mengumpulkan semua Laras di kantornya yang berlokasi di Bukittinggi dan sekarang menjadi SMAN 2 Bukittinggi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat