bdadinfo.com

50 Persen Pengendara Alami Stres karena Macet, Pahami Traffic Stress Syndrome dan Dampaknya - News

Memahami Traffic Stress Syndrome dan Dampaknya (Freepik)

- Stres dapat berasal dari berbagai sumber, dan bagi mereka yang tinggal di kota besar, kemacetan lalu lintas dapat menjadi salah satu pemicu stres utama.

Menghabiskan berjam-jam di jalan untuk menempuh jarak yang sebenarnya cukup dekat tentu tidak menyenangkan.

Selain itu, interaksi dengan pengendara lain yang mungkin tidak patuh pada aturan lalu lintas atau merasa terburu-buru karena keterbatasan waktu juga dapat menambah tingkat stres seseorang.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Tanggapi Videotron Anies Baswedan yang Mendadak Diturunkan, Sebut Bukan Ranah Mereka

Istilah yang digunakan untuk menggambarkan stres akibat kemacetan ini dikenal sebagai sindrom stres lalu lintas atau traffic stress syndrome.

Waspadai Traffic Stress Syndrome Saat Macet

Pertumbuhan jumlah pembelian kendaraan tanpa diiringi oleh pelebaran jalan merupakan salah satu penyebab utama kemacetan.

Banyak orang memilih menggunakan kendaraan pribadi karena merasa bahwa sistem transportasi umum belum memadai.

Selain dari segi waktu dan kesabaran, kemacetan juga memiliki dampak negatif pada kesehatan mental.

Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh International Online Medical Council (IOMC), menghabiskan waktu lebih dari 3 jam 10 menit per hari untuk berkendara dapat meningkatkan risiko stres hingga 80,4%.

Baca Juga: Revolusi Listrik Dunia Otomotif! Porsche Macan Ev akan Debut pada 25 Januari

Fenomena kemacetan juga berkaitan dengan peningkatan tingkat agresivitas (52,2%) dan kegelisahan (74,2%).

Hal ini mungkin disebabkan oleh kemacetan yang sering terjadi pada jam-jam sibuk, saat orang-orang berusaha untuk sampai ke tujuan mereka dengan cepat.

Fenomena serupa juga ditemukan di Indonesia

Sebuah penelitian di Bekasi pada tahun 2018 menunjukkan bahwa lebih dari 50% pengendara mengalami stres saat berada dalam kemacetan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat