- Kemenkes berikan pemahaman akan pentingnya organ ginjal bagi tubuh melalui siniar yang diunggah dalam kanal YouTube resminya.
Dr. dr. Afiatin, Sp.PD-K.GH selaku narasumber dalam acara tersebut, memberikan informasi tentang pencegahan dan pengobatan penyakit ginjal kronis.
Ia merupakan seorang dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi dan perwakilan dari Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PB PERNEFRI).
Baca Juga: Sumur Zaman Belanda di Indramayu Kembali Semburkan Gas, Warga Was-Was
Menurut Kemenkes, penyakit ginjal kronis adalah suatu kondisi ketika ginjal secara bertahap kehilangan kemampuan untuk membuang limbah dan cairan yang tidak digunakan oleh tubuh dalam darah.
Limbah dan cairan berbahaya tersebut mulai menumpuk dalam tubuh, sehingga membuat badan terasa tidak enak.
Penyakit ginjal kronis pada dasarnya tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan dengan menghambat perkembangan kerusakan dan mengendalikan gejala.
dr. Afiatin menyebutkan, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di tahun 2018, terhitung sekitar 1 juta orang Indonesia yang telah terdiagnosa penyakit ginjal kronis dan 120.000 orang di antaranya telah melakukan hemodialisis atau dikenal dengan proses cuci darah dan jumlahnya meningkat pada tahun 2022 menjadi 150.000 orang, menurut Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Ia menjelaskan, ketika seseorang yang mengalami penyakit ginjal kronis sudah memasuki tahap pengobatan dengan menggunakan hemodialisis, itu mengartikan bahwa tingkat keparahan gangguan atau penyakit tersebut sudah masuk stadium berat.
Tambahnya, menurut data yang dimiliki oleh PERNEFRI, faktor risiko yang menyebabkan penyakit ginjal kronis tahap akhir di antaranya hipertensi, diabetes mellitus, glomerulonefritis (gangguan ginjal bawaan sejak lahir), dan asam urat tinggi.
Penyakit ginjal kronis terbagi menjadi 5 stadium yang mengindikasikan keparahan penyakit dari tingkat ringan hingga berat.
Ketika seseorang telah terdiagnosa penyakit ginjal kronis stadium 1, itu mengindikasikan bahwa ia tidak dapat sembuh namun masih bisa dikendalikan dan dicegah agar tingkat keparahan tidak mencapai stadium berikutnya.