bdadinfo.com

Fakta Dibalik Kudeta Militer di Guinea - News

Sumber: Tempo.co

Guinea mengalami kudeta militer pada Minggu, 5 September 2021. Akibatnya, presiden Guinea ditangkap oleh pasukan elit Guinea. Kudeta militer tersebut dipimpin oleh Mamady Doumbouya.

Negara Guinea tergolong ke dalam negara miskin, meski negara tersebut memiliki sumberdaya yang relatif melimpah. Hal tersebut diduga salah satunya, karena pemerintah Guinea yang tidak berkompeten mengelola sumberdaya tersebut. Dilansir melalui beberapa sumber, berikut fakta-fakta kudeta militer yang terjadi di Guinea.

Kondisi Presiden Alpha Conde Nampak Lesu

Dalam video yang beredar di media sosial, Conde tampak lesu dan kusut. Conde nampak sedang duduk di sebuah sofa. Namun, pasukan elit Guinea menjamin kondisi Conde akan baik-baik saja. Pasukan elit menjamin kesejahteraan Presiden Guinea tersebut. Mereka memberi akses Conde, untuk bertemu dengan dokter pribadinya. Guna menunjang kesehatannya tetap stabil.

Penyebab Kudeta Militer Guinea

Dilansir melalui , penyebab utama dari kudeta militer di Guinea adalah kemiskinan dan Conde yang mengubah konstitusi, sehingga dirinya dapat menjabat sebagai presiden Guinea selama 3 periode.

Pada awal masa kepemimpinannya, Conde dielu-elukan oleh masyarakat Guinea akan mampu membawa perubahan bagi Guinea. Conde diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Guinea. Alih-alih demikian, Conde justru memperparah kondisi Guinea, dengan penyakit korupsi yang ada di tubuh pemerintahannya.

Maka dari itu, terpilihnya kembali Conde pada periode ketiga sebagai presiden Guinea, memicu protes keras masyarakat Guinea. Salah seorang warga di ibu kota Konakry, Alassane Diallo menjelaskan, korupsi telah menjalar hebat di Guinea, selama kepemimpinan Presiden Alpha Conde. "Saat Presiden berkata dimana-mana bahwa dia ingin memberantas korupsi, kasus pengglelapan dana publik justru meningkat," ucapnya, dikutip melalui .

Kudeta Militer di Guinea Mendapat Reaksi Global

Beberapa organisasi dunia angkat suara terhadap kudeta militer yang terjadi di Guinea. Pertama, Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) mengancam, akan menjatuhkan sanksi setelah apa yang disebut ketuanya, Presiden Ghana Nana Akufo-Addo, sebagai upaya kudeta. Secara tidak langsung, ECOWAS memberi peringatan kepada pihak pengkudeta Guinea agar segera menyelesaikan gejolak politik di negaranya.

Kedua, sebuah kecaman datang dari Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Gutteres mengatakan, sangat mengutuk kudeta militer yang dilakukan tentara pasukan khusus terhadap Presiden Guinea, Alpha Conde. PBB menyerukan agar Conde segera dibebaskan.

Ketiga, Uni Afrika turut bersuara terkait kudeta militer di Guinea. Uni Afrika mengatakan akan segera bertemu dan mengambil langkah-langkah yang tepat, sementara kementerian luar negeri di Nigeria, kekuatan dominan di kawasan itu, menyerukan kembalinya tatanan konstitusional.

Tidak hanya datang dari organisasi global, reaksi juga datang dari Rusia. Dilansir melalui haluanharian.com, pihak Rusia mendesak agar Conde segera dibebaskan. Rusia juga mendesak agar penyelesaian konflik dilakukan dengan tanpa kekerasan, yaitu melalui dialog dan negosiasi.

Selain itu, Rusia juga mengimbau kepada aktor-aktor politik di Guinea agar tidak gegabah dalam mengambil tindakan. Tindakan yang salah, dapat memicu kekerasan di Guinea semakin meluas. Maka dari itu, Rusia meminta aktor-aktor politik di Guinea agar menahan diri.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat