bdadinfo.com

Masjid Mahligai Minang Jadi Ikon Destinasi Wisata Religi Sumatera Barat, Ternyata Segini Dana Pembangunannya - News

Sejarah pembangunan Masjid Raya Sumatera Barat (Padang.go.id)

- Masjid Raya Sumatera Barat, sebagai salah satu monumen agama terkemuka di Indonesia, menonjolkan arsitektur khas Minangkabau yang memukau.

Dikenal juga sebagai Masjid Mahligai Minang, bangunan ini mulai berdiri pada tahun 2007 di atas lahan seluas 40.000 meter persegi.

Gubernur Sumatera Barat pada periode 2005-2009, Gamawan Fauzi, memulai perjalanan pembangunan dengan meletakkan batu pertama.

Baca Juga: Usai Meninjau Proyek Jembatan Idano Noyo, PJ Gubernur Sumatera Utara Resmikan Pembangunan Kantor DPRD Nias Selatan Sekaligus Beri Sejumlah Bantuan

Proyek ini memerlukan investasi sebesar Rp500 miliar yang bersumber dari APBD Provinsi Sumatera Barat.

Namun, pada 2009, gempa mengguncang Sumatera Barat, mengakibatkan alokasi dana dialihkan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi.

Pembangunan masjid ini berlangsung melalui serangkaian tahap karena tergantung sepenuhnya pada dana dari APBD Sumatera Barat.

Baca Juga: Jepang Nggak Kapok, Proyek Jalan Tol Megah Payakumbuh-Pangkalan Siap Dilanjutkan: Pembangunan Mulai Tahun 2024?

Dibuka resmi untuk umum pada 14 Februari 2014, kini Masjid Raya Sumatera Barat telah menjadi destinasi wisata religi bagi umat Muslim dari berbagai wilayah.

Dengan luas bangunan mencapai 18.000 meter persegi dan tiga lantai, masjid ini memiliki fungsi yang beragam, termasuk tempat wudhu, tempat utama untuk pelaksanaan ibadah shalat, dan area alternatif bagi para pengunjung.

Kapasitas maksimumnya mencapai 20.000 jamaah, dan lantai utama shalatnya dilengkapi dengan AC.

Baca Juga: Ngebut! Inpres Jalan Daerah di Kabupaten Banyuasin Digadang gadang Bakal Rampung dalam 105 Hari

Rizal Muslimin, arsitek terpilih setelah bersaing dengan lebih dari 323 pendaftar dari berbagai negara, berhasil merancang bangunan megah ini.

Arsitektur dinding luar Masjid Raya Sumatera Barat dihiasi dengan kaligrafi dan ukiran Minang, menceritakan kisah peletakan batu Hajar Aswad di Mekkah menggunakan kain yang dibawa oleh empat perwakilan suku di tiap sudutnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat