- Stasiun kereta api tertua di Sumatera Barat mengalami transformasi total menjadi hotel mewah dan megah, dengan biaya pembangunan mencapai Rp2,4 triliun.
Seperti Pulau Jawa, Sumatera Barat memiliki warisan panjang dalam penggunaan kereta api sebagai pilihan utama transportasi.
Kini, sejumlah stasiun kereta api menarik tersebar di berbagai lokasi di wilayah ini.
Walau begitu, kehadiran kereta api bukanlah hal baru di Sumatera Barat, terutama yang menjadi saksi bisu perjalanan selama 127 tahun, yaitu Stasiun Fort de Kock.
Terletak di Tarok Dipo, Guguk Panjang, Bukittinggi, stasiun ini berdiri sejak tahun 1890-an dan dibuka pada 1 November 1891 untuk mendukung rute kereta api Padang Panjang-Bukittinggi dengan panjang lintasan mencapai 19 km.
Baca Juga: Tetap Waspada! Aktivitas Gunung Marapi Kembali Meningkat, Erupsi Kembali Terpantau Pos PGA
Meskipun berstatus sebagai stasiun kereta api nonaktif kelas II dan menyimpan sejarah yang berharga, Stasiun Fort de Kock menghadapi ancaman penggusuran pada tahun 2017, seiring persiapan jalur kereta api Trans-Sumatera.
Ada rencana penggunaan lahan bekas stasiun untuk pembangunan hotel mewah. Sebelumnya, Pemkot Bukittinggi mengonversi lahan tersebut menjadi pusat kuliner bernama "Stasiun Street Food."
Pada 31 Maret 2023, Pemkot Bukittinggi menjalin kesepakatan dengan PT KAI untuk menyewa lahan tersebut selama lima tahun dengan anggaran sekitar Rp2,4 miliar.
Baca Juga: Dampak Longsor Landa Tanah Datar, Akses Jalan Bukittinggi-Batu Sangkar Tersendat
Transformasi ini diharapkan menjadikan pusat kuliner tersebut sebagai destinasi menarik bagi warga dan wisatawan, memperkaya manfaat lahan bekas stasiun yang kini telah berubah fungsi.***