bdadinfo.com

Jawa Timur Memang Juara! Bandara Termegah di Indonesia Tanpa Harus Mengemis-ngemis Kepada APBN Indonesia Tuntas dan Diresmikan Segera Pak Presiden RI - News

Bandara Konglomerat Gudang Garam sekitar 12 kilometer barat laut Kota Kediri, atau 18 kilometer arah tenggara dari pusat kota Kabupaten Nganjuk, dan berjarak 130 kilometer barat daya Kota Surabaya.

 - Memang, kemajuan Jawa Timur luar biasa di mana Bandara Konglomerat Gudang Garam dibangun oleh PT Gudang Garam Tbk adalah sebuah produsen rokok yang berkantor pusat di Kediri.

Pembangunan Bandara Konglomerat Gudang Garam akan segera diresmkan oleh Presiden.

Tapi sebelumnya, mari kita simak latarbelakang PT Gudang Garam di mana untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2022, perusahaan ini memiliki pabrik di Kediri, Gempol, Karanganyar, dan Sumenep, serta kantor perwakilan di Jakarta dan Sidoarjo.

Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1956 saat Tjoa Ing-Hwie atau Surya Wonowidjojo membeli lahan dengan luas sekitar 1.000 meter persegi milik Muradioso di Jl. Semampir II/l, Kediri.

Baca Juga: Antisipasi Kenaikan Harga Jelang Lebaran, Pemko Bukittinggi Salurkan Bantuan Beras untuk Keluarga Membutuhkan

Di atas lahan tersebut, Tjoa Ing-Hwie lalu mulai memproduksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie.

Setelah beroperasi selama dua tahun, pada tanggal 26 Juni 1958, Tjoa Ing-Hwie mengganti nama perusahaannya menjadi Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam.

Awalnya, perusahaan ini hanya mempekerjakan 50 orang. Konon, nama "Gudang Garam" didapat oleh Tjoa Ing-Hwie dari mimpi.

Pada tahun 1966, perusahaan ini telah menjadi produsen sigaret kretek tangan (SKT) terbesar di Indonesia, dengan ribuan karyawan dan kapasitas produksi 50 juta batang SKT per bulan.

Baca Juga: PLN Indonesia Power dan China Energy Sepakat Kembangan Energi Hijau Skala Besar di Sulawesi

Pada pertengahan dekade 1960-an, krisis politik Indonesia sempat membuat perusahaan ini kehilangan banyak karyawan, tetapi perusahaan ini berhasil bangkit kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Pada tahun 1969, badan hukum perusahaan ini diubah menjadi firma (Fa), dan pada tanggal 30 Juni 1971, badan hukum perusahaan ini kembali diubah menjadi perseroan terbatas (PT).

Pada tahun 1973, perusahaan ini mulai mengekspor produknya ke luar Indonesia. Berbeda dengan Bentoel Group yang telah mulai memproduksi sigaret kretek mesin (SKM) sejak dekade 1970-an, perusahaan ini masih setia memproduksi SKT.

Dan baru mendatangkan mesin pembuat rokok pada tahun 1979. Mesin pembuat rokok tersebut kemudian berhasil menaikkan produksi perusahaan ini menjadi dua kali lipat, yakni dari 9 miliar batang/tahun menjadi 17 miliar batang/tahun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat