bdadinfo.com

Mengintip Sejarah Pelabuhan Air Bangis di Zaman Kolonial, Jejak Pusat Perdagangan Maritim yang Megah - News

Pelabuhan air bangis, Sumatera Barat

- Sebagai perhentian utama di jalur perdagangan maritim antara dua benua, Asia dan Australia, serta dua samudra, Hindia dan Pasifik, posisi strategis Indonesia telah menjadi landasan pelayaran internasional selama berabad-abad.

Namun, di antara rute perdagangan itu terletak kawasan Pantai Barat Sumatera, yang memainkan peran sentral dalam jaringan perdagangan tersebut.

Air Bangis, bersama dengan Aceh, menjadi salah satu dari beberapa kota pantai di Pantai Barat Sumatera yang pertama kali dikunjungi oleh armada dagang Belanda atau VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) pada abad ke-17.

Baca Juga: Polda Sumbar Sampaikan Permohonan Maaf Terkait Insiden Polri dengan Wartawan saat Pengamanan Warga Air Bangis

Pada masa VOC, Pantai Barat Sumatera digambarkan sebagai "Sumatra’s Westkust" dalam bahasa Belanda, mencakup kawasan pesisir di bagian barat Pulau Sumatera, dari Tanjung Aceh hingga Tanjung Rata.

Selain pengertian geografisnya, Pantai Barat Sumatera juga menjadi nama sebuah unit administratif yang disebut "Sumatra’s Westkust".

Pada awalnya, wilayah ini dikelola setara dengan pos dagang utama atau "Hoofdcomptoir van Sumatra’s Westkust".

Baca Juga: Albarra Syariah Hotel Bukittinggi, Penginapan Murah 1 km dari Jam Gadang dengan View Gunung Marapi

Pada abad ke-17 hingga ke-18, Inggris menguasai kawasan ini, sebelum akhirnya menyerahkan ke pemerintahan Hindia Belanda pada awal abad ke-19.

Selama periode pemerintahan Belanda, Air Bangis terus menjadi pusat penting dalam jaringan ekonomi dan perdagangan.

Pelabuhan Air Bangis mengalami perkembangan yang signifikan pada abad ke-19. Dimulai pada tahun 1842, Belanda gencar membangun dan memperbaiki infrastruktur pelabuhan ini.

Baca Juga: Beberkan Manfaat Proyek Jokowi di Air Bangis, Eks Wali: Ini Kebangkitan Sumatera Barat

Pusat perdagangan dan pelayaran dipindahkan dari Pulau Panjang ke daratan Air Bangis, dan dermaga kayu serta fasilitas semi permanen didirikan.

Selain itu, bangunan-bangunan kolonial seperti Kantor Residen, fasilitas pelabuhan, perumahan, pertokoan, dan lainnya juga dibangun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat