bdadinfo.com

Perubahan Atap Jam Gadang dari Waktu ke Waktu, Manakah yang Lebih Ikonik? - News

Perubahan atap Jam Gadang dari waktu ke waktu (Youtube Creative Hamdi)

 - Jam Gadang dalam bahasa Minangkabau memiliki makna jauh besar.

Atap menara jam yang menjadi ikon terkenal di kota Bukittinggi Sumatera Barat ini tercatat dalam sejarah mengalami beberapa perubahan bentuk.

3 Kali perubahan atap Jam Gadang ini terjadi pada masa Kolonial Belanda, pendudukan Jepang, dan pemerintahan Kota Bukittinggi.

Baca Juga: Intip Spesifikasi Lengkap F-15 EX, Pesawat Tempur Generasi 4.5 yang Diborong Menhan Prabowo dari AS

Jam Gadang berawal ketika Ratu Wilhelmina memberikan hadiah berupa jam besar kepada pemerintah kolonial Belanda.

Lalu atas inisiatif Sekretaris Kota Bukittinggi, Hendrik Roelof Rookmaker akhirnya pemerintah kolonial membangun menara dan menempatkan jam besar di puncaknya.

Proses pembangunan Jam Gadang bermula pada 1926 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh putra pertama Roelof Roomaker.

Baca Juga: Andre Rosiade: Mayoritas Orang Sumbar Pilih Prabowo

Pembangunan Jam Gadang ini tentunya menelan biaya yang sangat fantastis yaitu menelan sampai 3000 gulden.

Jam Gadang selesai dibangun pada 1932 dengan bentuk atap pada awalnya yaitu berbentuk bulat dengan patung ayam di atasnya.

Bukan sembarangan, pembangunan atap Jam Gadang ini bertujuan agar warga sekitar selalu bisa bangun pagi sebelum mulai ayam berkokok.

Baca Juga: Misteri Cerita Rakyat Danau Kembar di Sumatera Barat, Konon Minta Seorang Tumbal Setiap Tahun!

Kemudian atap Jam Gadang kembali mengalami perubahan pada masa pendudukan Jepang.

Ketika Jepang masih menjajah Indonesia kala itu atap Jam Gadang tidak lagi berbentuk bulat melainkan diubah menjadi bentuk pagoda.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat