- Fenomena tech winter yang melanda beberapa negara di belahan dunia dalam kurun 3-4 tahun ini sepertinya akan mereda dalam waktu dekat.
Hal ini harus dimanfaatkan dengan sebaiknya oleh para pelaku sektor ekonomi kreatif dan usaha rintisan.
Tech winter terjadi karena adanya beberapa penyebab, seperti perspektif bisnis yang berubah dari investor, krisis kesehatan diakibatkan sebelum dan sesudah pandemi, hingga krisis ekonomi dan geopolitik yang terjadi belakangan ini.
Baca Juga: Pembangunan IKN Terus Berjalan Sesuai Target dan Roadmap, Proyek Mulai Memperlihatkan Hasil
Kondisi tersebut mengakibatkan sedikitnya investasi baru masuk yang menyebabkan perusahaan rintisan mengalami kesulitan untuk mengumpulkan modal.
Mulai berakhirnya krisis kesehatan dampak dari pandemi 2019 dan selesainya agenda politik, hal ini menjadi momentum untuk bangkitnya kembali bisnis di sektor ekonomi kreatif dan digital.
Menurut Ade Iskandar yang merupakan Founder AyoBelajar.id dan Deputi Bidang IT Prabowo-Gibran Digital Team (PRIDE), saat ini adalah saat yang tepat untuk para anak muda dan pelaku ekonomi untuk mulai mempersiapkan diri ke fase baru tumbuhnya ekonomi digital dan kreatif.
Bahkan ia optimis bahwa ini adalah momentum kedua yang akan berdampak lebih besar dari pertumbuhan ekonomi sektor digital dan kreatif sebelumnya.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, mengingat Indonesia masih menjadi promosing country untuk bisnis sektor digital. Indonesia termasuk 10 negara dengan pertumbuhan usaha rintisan (startup) tertinggi.
Apalagi, pemerintahan yang baru kedepannya memasukkan fokus pengembangan ekonomi kreatif dan digital menjadi program prioritas mereka.
"Saya lihat, 4 dari 8 misi presiden dan wakil presiden terpilih berpihak kepada pengembangan ekonomi kreatif / digital dan menjadi backbone bagi 8 program dan 17 program prioritas Prabowo Gibran,” ujar Ade.
“Hal ini tentunya menjadi signal bagi para pelaku ekonomi kreatif dan digital untuk memanfaatkan momentum tersebut,” lanjutnya.