- Pulau Ternate, yang terletak di wilayah Maluku, bukan hanya sekadar sebuah pulau, tetapi juga merupakan pusat produksi cengkeh yang telah memikat perhatian penjelajah Barat.
Dikenal dengan keindahan gunung berapinya yang menjulang, Pulau Ternate telah menjadi titik temu penting di Jalur Rempah Nusantara, menarik para pedagang Nusantara dan asing sejak berabad-abad yang lalu.
Sejarah Pulau Ternate sebagai penghasil rempah, terutama cengkeh, dimulai pada abad ke-13 dan ke-14, dipimpin oleh Kolano Sida Arif Malano.
Sebelum pengaruh Islam masuk, Ternate sudah membuka diri sebagai bandar perdagangan utama di wilayah Maluku.
Para pedagang dari berbagai belahan dunia mulai berdatangan ke pulau ini, membawa serta kekayaan budaya dan perdagangan.
Pasar Ternate menjadi pusat perhatian, mempertemukan para pedagang lokal dengan para pedagang asing.
Di pasar ini, berbagai komoditas diperdagangkan, mulai dari rempah-rempah, sagu, ikan, buah-buahan, hingga barang-barang dari logam dan perkakas rumah tangga.
Para pedagang asing juga membawa barang-barang dagangan seperti tekstil, perhiasan, dan perak.
Dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad ke-15, Ternate semakin terkenal sebagai pusat rempah yang dicari.
Portugis, bersama para pedagang Banda, bersaing untuk mendapatkan rempah cengkeh dari Ternate.
Meskipun persaingan sengit terjadi, pedagang Banda seringkali berhasil menguasai perdagangan tersebut.