bdadinfo.com

9 Februari Diperingati Sebagai Hari Pers Nasional, Begini Sejarahnya - News

Ilustrasi pers Indonesia (Ist)

- Sejarah perkembangan pers di Indonesia dimulai sejak masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Lantas seperti apa perjalanan pers atau wartawan tanah air dari masa ke masa? Simak ulasan berikut ini.

Pada tahun 1828, di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya memuat berita- berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa.

Baca Juga: Isu Utang Piutang Anies ke Sandiaga Uno, Geisz Chalifah: Saya Carikan Dana

Sedangkan di Surabaya, Soerabajash Advertentiebland terbit pada tahun 1835 yang kemudian namanya diganti menjadi Soerabajasch Niews en Advertentiebland.

Kemudian di semarang, terbit Semarangsche Advertentiebland dan Semarangsche Courant.

Gerakan pers di Indonesia pun terus berkembang, di Padang surat kabar yang terbit adalah Soematra courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe.

Baca Juga: Atasi Kemacetan, Pemprov DKI Tutup 27 Titik Putaran Balik

Di Makassar (Ujung Pandang) terbit Celebe Courant dan Makassarsch Handelsbland.

Surat- surat kabar yang terbit pada masa ini tidak mempunyai arti secara politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit.

Semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa setempat.

Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda terdapat 16 surat kabar berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa Melayu di antaranya adalah Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, Selompret Melayudan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan Surat kabar berbahasa jawa Bromartani yang terbit di Solo.

Baca Juga: Gak Ada Kapoknya! Majalah Charlie Hebdo Kembali Bikin Heboh dengan Hina Korban Gempa Turki lewat Gambar Kartun

Ketika Jepang datang ke Indonesia, surat kabar-surat kabar yang ada di Indonesia diambil alih pelan-pelan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat