- Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menyatakan siap mengawal potensi sagu di provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai alternatif pangan berkelanjutan.
Terlebih Presiden Joko Widodo mengamanatkan diversifikasi (memperbanyak variasi) bahan pangan untuk menghadapi ancaman krisis pangan dunia.
Menurut Moeldoko, sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat jauh sebelum bangsa ini terbiasa dengan beras.
Baca Juga: Profil Masjid Raya Sumatera Barat: Sejarah dan Fakta Pembangunan Masjid Selama 12 Tahun
Adapun tanaman sagu memiliki banyak kelebihan. Tahan banting, dan bisa tumbuh di situasi tanah apapun, termasuk di lahan bekas tambang.
Hal ini dikayaoan Moeldoko usai mendeklarasikan sagu sebagai pangan berkelanjutan dan pengembangan hutan lahan basah menuju Indonesia Net Zero 2060, di wisata Kampoeng Reklamasi Air Jangkang, Kepulauan Bangka Belitung, Selasa 8 Agustus 2023.
“Yang paling penting penikmatnya juga makin besar di dunia,” kata Moeldoko.
Moeldoko menyampaikan kebutuhan ekspor sagu luar biasa, dan dunia saat ini menunggu ekspor sagu Indonesia.
Dia menyebut 90 persen tanaman sagu ada di Indonesia. Namun, posisi Indonesia masih berada di urutan keempat sebagai negara pengekspor sagu.
“Dari sisi pengolahan sagu ini belum maksimal sehingga perlu alat untuk meningkatkan produksi dan ekspor sagu ini,” jelasnya.
Baca Juga: Mengenal Terrario Tangkahan, Penginapan Eksklusif Milik Nicholas Saputra di Sumatera Utara
Moeldoko menilai sagu bisa menjadi alternatif pangan saat menghadapi krisis pangan dunia.
Hal itu dikarenakan, sagu memiliki kandungan yang sangat baik khususnya untuk mengurangi angka stunting.
Selain dapat dikonsumsi, sambung Moeldoko, sisa produksi sagu juga bisa menjadi bahan baku bioenergi dan limbahnya dioptimalkan untuk pakan ternak.