bdadinfo.com

Drone Canggih Ini Bantu Proyek Jalan Tol Trans Sumatera, Ternyata Seperti Ini Kehebatannya! - News

Drone berteknologi tinggi   (quantum-systems.id)




- Proyek jalan tol Trans Sumatera memanfaatkan kecanggihan teknologi tinggi dalam pengerjaannya. Pembangunan proyek tol ini menggunakan sebuah drone canggih yang memiliki peran sangat penting.
Pengerjaan Tol Trans Sumatera sepanjang lebih dari dua ribu kilometer tersebut mengandalkan drone canggih yang tak sembarang orang bisa kendalikan.

Simak selengkapnya mengenai kecanggihan teknologi tersebut sebagaimana dilansir dari kanal YouTube Sahabat Tama.

Proyek pembangunan Tol Trans Sumatera terus dikebut agar dapat rampung dan dinikmati masyarakat di tahun 2024.

Baca Juga: Pintu ke Dunia Budaya Batak: Empat Destinasi Museum Tersembunyi di Sekitar Danau Toba

Sejumlah ruas jalan tol tersebut telah rampung dibangun, namun sebagian besar lainnya masih dalam pengerjaan di berbagai tahap.

Pemerintah serta masyarakat berharap bahwa kehadiran jalan bebas hambatan tersebut akan meningkatkan konektivitas antar daerah di Pulau Sumatera.

Namun tak banyak yang tahu bahwa pembangunan proyek besar sepanjang kurang lebih 2.800 kilometer tersebut telah memanfaatkan sejumlah teknologi canggih.

Salah satu dari kecanggihan teknologi yang dimanfaatkan pada pembangunan Tol Trans Sumatera adalah LiDAR UAV, sebuah drone berteknologi tinggi.

Baca Juga: Dihadiri Jokowi! Joko Suranto Terpilih Jadi Ketua Umum, Alkudri Terima Amanah Sebagai Wakil Ketua Umum DPP REI

LiDAR UAV merupakan singkatan dari Light Detection and Ranging (LiDAR) Unmanned Aerial Vehicle (UAV).

Teknologi ini merupakan sebuah perangkat sensor permukaan bumi yang operasionalnya memanfaatkan pesawat nirawak atau drone.

Asisten Manager Perencanaan Engineering PT Hutama Karya, Halim Wiranata, menyebutkan bahwa keberadaan drone ini sangat penting bagi perencanaan tol Trans Sumatera.

Pada praktiknya, drone yang telah dipasang sensor LiDAR tersebut diterbangkan di wilayah rencana pembangunan jalan tol.

Baca Juga: Jejak Sejarah Terlupakan: Penemuan Warisan Budaya di Geopark Silokek di Sumatera Barat

Kemudian drone akan menangkap dan mengirimkan gambar lahan lokasi pembangunan ke monitor pengguna, namun tak sampai di situ saja.

Halim Wiranata mengatakan bahwa tangkapan gambar drone tersebut disebut dengan point cloud, yakni hasil potret laser LiDAR yang berisikan data-data penting.

Point cloud memiliki bentuk point-point tiga dimensi yang merekam seluruh objek penting di lahan pembangunan, seperti rumah penduduk, saluran udara, vegetasi, dan masih banyak lagi.

Selain itu, point cloud juga berisi data detail mengenai tingkat ketinggian permukaan bumi. Setiap titik ketinggian tertentu memiliki representasi gradasi warna tersendiri.

Baca Juga: Inilah 7 Minuman Khas Sumatera Barat yang Wajib Dicoba

"Jadi makin merah, makin tinggi secara elevasi, gitu. Jadi kalau nanti dilihat ada warna ijo, berarti itu lebih rendah dibanding yang warna merah", ujar Halim.

Selain itu, Halim juga menjelaskan bahwa LiDAR UAV juga dapat dilengkapi dengan tambahan kamera sehingga mampu meningkatkan detail hasil tangkapan.

Hasil tangkapan dari LiDAR UAV juga memungkinkan untuk diolah secara khusus dengan variasi tinggi sesuai kebutuhan proyek.

Contohnya, pada tahap perencanaan tol yang mayoritas membutuhkan data ground atau terrain, obyek-obyek non-ground seperti vegetasi dan bangunan dapat difilter dan dieliminasi.

Data hasil filter dan eliminasi tersebut kemudian digunakan untuk menciptakan sebuah output model tiga dimensi dengan detail yang sesuai dengan kebutuhan proyek.

Baca Juga: Viral di Medsos, Mahasiswa UIN Sjech M Djamil Djambek Bukitinggi Demo Gubernur Sumbar saat PBAK

Tak hanya itu, data tangkapan LiDAR UAV juga dapat diolah untuk menghasilkan output yang berbeda, seperti kontur permukaan lahan dengan tipe vektor tiga dimensi.

Contoh hasil-hasil pengolahan dengan akurasi tinggi tersebut dikenal dengan sebutan Digital Terrain Model (DTM).

Secara garis besar, LiDAR UAV serta DTM digunakan pada tahap survei awal pembangunan untuk mengetahui kondisi lahan serta objek apa saja yang akan dilalui jalan tol.

Survei tersebut penting untuk perhitungan volume pengerjaan serta biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan jalan bebas hambatan.

Selain itu, teknologi tersebut juga membantu menganalisa kemungkinan halangan-halangan atau handicap apa saja yang nantinya akan muncul di lahan pembangunan.

Baca Juga: Tempat Wisata Air Terjun Guruh Gemurai di Riau, Syahdunya Gemericik Air dari Ketinggian 20 Meter

Lantas berapa biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan LiDAR UAV tersebut? Halim mengungkapkan bahwa biayanya cukup fantastis.

"..harganya ya, mungkin kalau mau beli mobil BMW X-7, kita bisa beli tiga", ungkap Halim. Sehingga ia selalu mengingatkan rekannya untuk berhati-hati setiap kali mengoperasikan LiDAR UAV.

Teknologi ini pun tak bisa dioperasikan sembarang orang. Dibutuhkan keterampilan yang memadai serta lisensi khusus untuk dapat menjadi pilot LiDAR UAV ini.

Halim menyebutkan bahwa salah satu sertifikasi yang harus dimiliki adalah menguasai basic remote pilot oleh Federation of Air Sport Indonesia yang diterbitkan oleh pihak TNI AU.

Baca Juga: Wali Kota Hendri Septa Minta Warga Istiqomah Melaksanakan Program Padang Bergoro

Sertifikasi serta keahlian tinggi sangat penting untuk dapat mengoperasikan drone ini, karena jika tak berhati-hati maka akan berpotensi mengakibatkan korban jiwa.

Demikian liputan mengenai teknologi drone canggih yang digunakan dalam perencanaan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat