bdadinfo.com

Tidak Hanya di Jawa, Sumatera Barat ternyata juga Punya Batik dengan Motif Khas yang Mempesona - News

Batik Nagari Tuo Pariangan, Batik dengan Motif Asli Budaya Minangkabau (kemenparekraf)

- Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang menjadi kebanggaan bagi masyarakat.

Identiknya batik banyak ditemukan kebanyakan daerah di Jawa Tengah seperti Solo, Pekalongan, Yogyakarta, Tegal, serta daerah lainnya di pulau Jawa.

Namun, tidak hanya di Jawa, ternyata Sumatera Barat juga punya batik dengan motif khas yang mempesona lho.

Baca Juga: Catat! 4 Wilayah Ini Terdampak Tol Pekanbaru-Rengat, Siap Sambungkan Tol Trans Sumatera di Riau

Batik tersebut adalah Batik Nagari Tuo Pariangan dengan motif kuno yang menggambarkan kehidupan khas dari daerah Pariangan, Tanah Datar, Sumatera Barat.  

Lalu seperti apakah Batik Nagari Tuo Pariangan ini dan bagaimana bisa berkembang dari sebuah motif kuno? Mari kita telisik lebih dalam melalui artikel ini.

Motif Kuno Batik Nagari Tuo Pariangan

Perkembangan batik di Indonesia tidak hanya terjadi di pulau Jawa. Daerah Sumatera Barat banyak pula mengalami kemajuan dalam hal mengembangkan produk budaya batik.

Baca Juga: Rangka eSAF, Kerangka Bagian Motor dari Merek Honda yang Perlu Dikaji Ulang tentang Keselamatan para Penumpang

Kabupaten Pariangan tepatnya di Nagari Pariangan menjadi salah satu tempat berkembangnya batik yang berasal dari naskah kuno dan koleksi pribadi di Nagari tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Universitas Andalas mengenai pengembangan kreasi motif batik Pariangan yang dilansir melalui scholar.unand.ac.id, ditemukan jika beragam motif batik kuno yang menjadi koleksi masyarakat setempat dinamakan dengan motif kuno Nagari Tuo Pariangan.

Motif ini berisikan makna dan filosofi kehidupan masyarakat Minangkabau pada zaman dahulu.

Baca Juga: Kawana Hotel Padang, Penginapan dengan Fasilitas Kolam Renang Ramah Anak

Cirinya khasnya dari motif tersebut cukup beragam, serta diperoleh dari karakteristik naskah kuno yang ditemukan.

Beberapa naskah kuno tersebut ditemukan di Surau, Rumah Gadang, atau menjadi koleksi pribadi masyarakat.

Setiap naskah kuno yang ditemukan juga berbeda dari bentuk, pewarnaan, serta jenisnya.

Baca Juga: Wow! Rumah Makan Padang Omset per Bulannya Setara Harga Tiket Umrah, Minat Buka? Nih Tipsnya

Dalam pengembangan desain motif batik pemilihan warna pun tidak diambil secara asal, tetapi warna yang cenderung menggambarkan kebudayaan asli Minangkabau.

Kemudian melalui penelitian yang sama, ditemukan juga kalau naskah kuno Pariangan telah menghasilkan 25 motif batik dengan nama-nama yang diambil dari kehidupan masyarakat Pariangan.

Salah satunya adalah motif Radai Ameh yang dihasilkan melalui naskah kuno yang ada di Nagari Pariangan.

Baca Juga: Rumah Makan Padang Legendaris di Medan, Nomor 1 Sudah Ada Sejak 1972, Gulai Kikilnya Maknyus Numero Uno

Pengembangan Batik Nagari Tuo Pariangan

Melalui pengembangan berbagai naskah kuno yang ditemukan tersebut, ekonomi kreatif seperti batik dengan motif khas Sumatera Barat terus berkembang pesat.

Dilansir dari tanahdatar.go.id, pada tahun 2017 lalu telah dilaksanakan pelatihan membatik yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Tanah Datar.

Pelatihan tersebut bertujuan untuk mengembangkan kembali produksi batik asli Pariangan yang tidak lagi diproduksi selama ini.

Baca Juga: Mengenal Tumbuhan Anti Kanker Taxus Sumatrana Sebagai Potensi Biofarmasi Endemik dari Hutan Sumatera

Pelatihan itu pun menghasilkan 3 kelompok Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dikhususkan untuk memproduksi batik.

Salah satu dari kelompok UKM tersebut adalah Rumah UKM Batik Nagari Tuo Pariangan.

Rumah UKM Batik Nagari Tuo Pariangan pada tahun 2017 lalu, telah mampu memproduksi 100 helai batik tulis yang untuk diperjualbelikan setiap bulannya.

Baca Juga: Mengenal Arsitektur Minangkabau, Jadi Proyek Tradisional yang Melegenda di Sumatera Barat Warisan Nenek Moyang

Setiap anggota dari UKM mampu membuat 10 helai batik setiap bulannya. Produksi dari batik yang dimaksud sudah meliputi proses menggambar pola, mencanting, dan mewarnai.

Pemerintah daerah setempat tampaknya terus mendukung pengembangan dan pembinaan kerajinan Batik Nagari Tuo Pariangan.

Pada tahun 2022, Desa Nagari Tuo Pariangan sempat meraih rekor MURI Dunia sebagai desa pertama yang memilih pewarna batik dari limbah kopi dan produk batik yang beraroma kopi.***  

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat