bdadinfo.com

Kisah Putri Khayangan: Cerita Rakyat Mambang Linau Riau - News

Cerita rakyat Putri Mambang Linau di Riau   (wattpad.com)



Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di provinsi Riau, Indonesia. Ibu kota berasal dari Bengkalis Kota. Daerah di kabupaten ini meliputi daratan bagian Timur Pulau Sumatera dan daerah kepulauan dengan luas 6.973,00km2.

Warga aslinya adalah suku Melayu, suku Akik dan suku Sakai. Ibu kota kabupaten berasal dari kecamatan Bengkalis tepatnya bermula di Pulau Bengkalis yang terpisah dari Pulau Sumatera.

Riau adalah salah satu provinsi di Indonesia yang berasal dari sebelah tengah pulau Sumatera.

Baca Juga: Lobang Jepang Bukittinggi, Sisa Peninggalan Penjajah Jepang yang ada di Tanah Minangkabau

Kota Bengkalis memiliki potensi wisatawan yang cukup besar dan peninggalan sejarah masih terawat dengan baik namun terdapat cerita rakyat Putri Mambang Linau di riau, simak yuk:

Bujang Enok berangkat mencari kagu ke dalam hutan. Saat sedang mengikat kagu untuk dibawa pulang, seketika ada seekor ular berbisa ingin mendekatinya.

Dikarenakan seekor ular itu siap itu menggigitnya sehingga Bujang Enok tidak mati sia-sia. Untung Ia selalu membawa sepotong rotan dari peninggalan almarhum ayahnya. Lalu, Ia langsung memukulnya saat dalam perjalanan pulang.

Tiba-tiba Bujang Enok terdengar suara gerombolan wanita yang sedang berbincang-bincang.

Baca Juga: Rayakan Produksi ke 8 Juta Unit, Daihatsu Lepas 8 Ribu Anak Penyu di Pantai Padang Sumbar

Tahukah kamu, ular berbisa itu telah mati, dan sekarang kita aman, tidak ada lagi yang mengerikan kita,” begitulah percakapan mereka.

Bujang Enok tidak mau ambil pusing, Ia berpikir dan dalam pikirannya, mereka hanya seorang ibu-ibu yang biasa sedang mencuci di sungai.

Setibanya dirumah, Bujang Enok akan beristirahat untuk melepaskan rasa Lelah.

Alangkah kagetnya, saat Ia melihat dapurnya penuh dengan makanan nikmat.

Siapa yang menyiapkan semua ini? Ibuku telah lama meninggal, tapi aku tidak punya saudara, lantas ini siapa?,” Ucap Bujang Enok

Esok harinya, Bujang Enok sembunyi di balik rumput-rumput depan rumahnya.

Siapa yang mempersiapkan hidangan seenak itu.

Baca Juga: Rendang Daun Singkong, Makanan Padang yang Mendukung Para Vegetarian Turunkan Berat Badan dengan Makan Enak

Hari sudah siang, munculah rombongan tujuh wanita yang anggun membawa berbagai jenis makanan.

Mereka adalah wanita-wanita anggun, tapi ada salah satu yang paling bisa menarik hati Bujang Enok.

Wanita itu gadis berselendang jingga sudah menarik hati Bujang Enok.

Bujang Enok dengan penasaran, Siapa mereka? Kenapa mereka mempersiapkan makanan untukku?” ketika mencuri terdengar pembicaraan mereka,

tibalah Bujang Enok tahu jika makanan disiapkan sebagai ucapan terima kasih.

Kiranya ketujuh wanita itu tahu jika dirinya yang buat tewas ular berbisa itu.

Bujang Enok merasa jatuh cinta kepada wanita berselendang jingga tersebut. Ia mencari cara untuk dapat berkenalan.

Kemudian, Ia mengikuti ketujuh wanita itu. Saat ketujuh wanita itu sedang jalan mengarah ke sungai dan masing-masing wanita melepaskan selendangnya.

Bujang Enok bersembunyi untuk menjalankan niatnya yang mau menyembunyikan seledang warna jingga.

Baca Juga: Kisah Cut Nyak Dien: Antara Perjuangan Mengusir Belanda dari Tanah Aceh hingga Penghianatan

Seusai mandi, tujuh wanita tersebut kembali memakai selendang mereka masing-masing tapi salah satunya merasa hilang selendangnya yang berwarna jingga.

Salah satu dari mereka merasa cemas, keenam temannya membantu mencari selendangnya tapi tidak menemuinya.

Oleh karena itu, dengan sangat berat hati keenam temannya meninggalkannya sendiri di dunia.

Ternyata mereka semua adalah bidadari khayangan turun dari bumi, perlahan-lahan memakai selendangnya dan naik ke langit.  

Setelah ditinggal oleh teman-temannya, wanita berselendang jingga itu terus menangisi selendangnya yang hilang.

Baca Juga: Awas Ketagihan! Sambal Ganja Makanan Tradisional Khas Aceh Bikin Mata Merem Melek Sambelnya

Bujang Enok keluar dari tempat persembunyiannya dan berpura-pura nanya wahai wanita anggun, kenapa kamu terus menangis?”Ucap Bujang Enok

Ia menjawab Aku yang mencuri selendangmu, Aku melakukan itu karena aku jatuh cinta kepadamu sebab Aku tidak ingin kamu kembali ke Khayanga, Apakah kamu ingin menikah denganku”.Ucap Bujang Enok

Hari silih berganti, Bujang Enok dan Putri Mambang Linau hidup dengan berkecukupan. Mereka sangat dermawan dan sering membantu orang miskin.

Pada suatu hari, kabar Bujang Enok memiliki sikap yang baik hati terdengar hingga ke telinga sang Raja. Namun, sang Raja senang kepadanya.

Sang Raja mengangkatnya sebagai kepala kampung.

Bujang Enok dan Putri Mambang Linau sangatlah gembira karena dengan begitu mereka lebih mampu membantu penduduk sekitar.

Baca Juga: Lengkap Banget! Ini Daftar Menu dan Harga Nasi Bungkus di Restoran Pagi Sore yang Sangat Legendaris

Seusai diangkat jadi kepala kampung, Bujang Enok sering diundang untuk hadiri segala acara yang dilaksanakan oleh Raja.

Di suatu acara, sang Raja meminta kepada semua istri dari kepala kampunh untuk dapat mempersembahkan satu tarian.

Hati Bujang Enok pun berdetak karena teringat oleh janjinya dengan Putri Mambang Linau.

Namun, Ia pun tidak ingin melawan perintah sang Raja. Putri merasa bingung.

Bujang Enok tetap memaksa istrinya untuk bisa menari diatas panggung.

Putri Mambang Linau mengabulkan permintaan suaminya dan Ia memberikan tarian terbaiknya bersama selendang jingga nya.

Semua yang hadir sampai merasa kagum dengan tarian Putri Mambang Linau.

Dan, suasana menjadi mencekam karna Putri tiba-tiba kembali ke khayangan.

Ia pun melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.

Baca Juga: Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup, Kunci Jawaban IPA Kelas 9 Halaman 157-159 Uji Kompetensi Bagian A dan B

Ada rasa sedikit menyesal di hati Bujang karena Ia lebih mementingkan permintaan Raja daripada kepentingnya.

Pada suatu hari, Bujang Enok hiduplah seorang diri.

Sesekali Ia merindukan Putri Mambang Linau tapi Ia berusaha melupakan istrinya.

Dikarenakan kesetiaannya terhadap Raja, Bujang Enok diberi derajat sebagai penghulu istana.

Akhirnya Bujang Enok mengabdikan dirinya kepada raja dan rakyatnya.

Pesan moral yang bisa diambil dari cerita rakyat ini adalah dalam hidup kita harus memilih sebelum kamu memutuskan dan setelah itu kamu menyesali.

Seharusnya kita tidak ingkari janji sebab ada konsekuensi atas pilihan yang kita lakukan.

Demikian cerita rakyat Putri Mambang Linau dari Riau. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat